Mencintaimu

on
29400799_1945411932198628_4846624500499873792_n

Bambang dan Rina adalah sepasang kekasih yang serasi walaupun keduanya berasal dari keluarga yang jauh berbeda latar belakangnya.

Keluarga Rina berasal dari keluarga kaya raya dan serba berkecukupan, sedangkan keluarga Bambang hanyalah keluarga seorang petani miskin yang menggantungkan kehidupannya pada tanah sewaan.

Dalam kehidupan mereka berdua, Bambang sangat mencintai Rina. Bambang telah melipat 1000 buah burung kertas untuk Rina dan Rina kemudian menggantungkan burung-burung kertas tersebut pada kamarnya.

Dalam tiap burung kertas tersebut Bambang telah menuliskan harapannya kepada Rina. Banyak sekali harapan yang telah Bambang ungkapkan kepada Rina.

Semoga kita selalu saling mengasihi satu sama lain. Semoga Tuhan melindungi Rina dari bahaya. Semoga kita mendapatkan kehidupan yang bahagia. Dll.

Semua harapan itu telah disimbolkan dalam burung kertas yang diberikan kepada Rina.

Suatu hari Bambang melipat burung kertasnya yang ke 1001. Burung itu dilipat dengan kertas transparan sehingga kelihatan sangat berbeda dengan burung-burung kertas yang lain.

Ketika memberikan burung kertas ini, Bambang berkata kepada Rina’
“Rina, sayangku. Ini burung kertasku yang ke 1001. Dalam burung kertas ini aku mengharapkan adanya kejujuran dan keterbukaan antara aku dan kamu.
Aku akan segera melamarmu dan kita akan segera menikah. Semoga kita dapat mencintai sampai kita menjadi kakek nenek dan sampai Tuhan memanggil kita berdua?”

Saat mendengar Bambang berkata demikian, menangislah Rina. Ia berkata kepada Bambang,
“Mas Bambang, senang sekali aku mendengar semua itu, tetapi aku sekarang telah memutuskan untuk tidak menikah dengan Mas Bambang, karena aku butuh uang dan kekayaan seperti kata orang tuaku.”

Saat mendengar itu Bambang pun bak disambar petir. Ia kemudian mulai marah kepada Rina.

Ia mengatai Rina matre, orang tak berperasaan, kejam, dan sebagainya. Akhirnya Bambang meninggalkan Rina menangis seorang diri.

Bambang mulai terbakar semangatnya. Ia pun bertekad dalam dirinya bahwa ia harus sukses dan hidup berhasil. Sikap Rina dijadikannya cambuk untuk maju dan maju.

Dalam sebulan usaha Bambang menunjukkan hasilnya. Ia diangkat menjadi kepala cabang di mana ia bekerja.

Dalam setahun ia telah diangkat menjadi manajer sebuah perusahaan yang bonafid dan tak lama kemudian ia mempunyai 50% saham dari perusahaan itu.

Sekarang tak seorangpun tak kenal Bambang, ia adalah bintang kesuksesan.

Suatu hari Bambang pun berkeliling kota dengan mobilnya. Tiba-tiba dilihatnya sepasang suami-istri tua tengah berjalan di dalam derasnya hujan.

Suami istri itu kelihatan lusuh dan tidak terawat. Bambang pun penasaran dan mendekati suami istri itu dengan mobilnya dan ia mendapati bahwa suami istri itu adalah orang tua Rina, orang yang pernah menghancurkan hatinya.

Bambang mulai berpikir untuk memberi pelajaran kepada kedua orang itu, tetapi hati nuraninya melarangnya sangat kuat. Bambang membatalkan niatnya dan ia membuntuti kemana perginya orang tua Rina.

Bambang sangat terkejut ketika didapati orang tua Rina memasuki sebuah makam yang dipenuhi dengan burung kertas. Ia pun semakin terkejut ketika ia mendapati foto Rina dalam makam itu.

Bambang pun bergegas turun dari mobilnya dan berlari ke arah makam Rina untuk menemui orang tua Rina.

Orang tua Rina pun berkata kepada Bambang.
“Nak Bambang, sekarang kami jatuh miskin. Harta kami habis untuk biaya pengobatan Rina yang terkena kanker rahim ganas. Rina menitipkan sebuah surat kepada kami untuk diberikan kepadamu jika kami bertemu denganmu.”

Orang tua Rina menyerahkan sepucuk surat kumal kepada Bambang.
Dengan tangan bergetar, Bambangpun membaca surat itu.

“Mas Bambang, maafkan aku. Aku terpaksa membohongimu, Mas.

Aku terkena kanker rahim ganas yang tak mungkin disembuhkan. Aku tak mungkin mengatakan hal ini saat itu, karena jika itu aku lakukan, aku akan membuatmu jatuh dalam kehidupan sentimentil yang penuh tekad untuk menikahiku.

Dan npernikahan hanya akan membawa hidupmu pada kehancuran. Aku tahu semua cintamu, Mas Bambang, karena itu aku terpaksa lakukan ini.
Aku mencintaimu.
Rina”

Setelah membaca surat itu, menangislah Bambang. Ia telah berprasangka buruk terhadap Rina dengan begitu kejamnya.

Ia pun mulai merasakan betapa hati Rina teriris-iris ketika ia mencemoohnya, mengatainya matre, kejam dan tak berperasaan.

Ia merasakan betapa Rina kesepian seorang diri dalam kesakitannya hingga maut menjemputnya, betapa Rina mengharapkan kehadirannya di saat-saat penuh penderitaan itu.

Rina telah berkorban untuknya agar ia tidak jatuh dalam keputusasaan dan kehancuran karena menikahinya.

Tinggalkan komentar